Kungkang Raksasa

Kungkang Raksasa

Ilustrasi kungkang purba raksasa, Mylodon darwinii.

Nationalgeographic.co.id - Kungkang atau sloth merupakan mamalia yang memiliki ukuran tubuh sedang. Hewan dengan bulu lebat ini diketahui herbivora atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Namun, penelitian terbaru menyajikan fakta berbeda mengenai kungkang purba, Mylodon darwinii.

Kungkang purba ini memiliki tinggi 3,6 meter dengan berat mencapai 2,2 ton. Dijuluki giant sloth atau kungkang raksasa, hewan yang punah 10.000 tahun ini sebelumnya diyakini sebagai vegetarian seperti kerabatnya di zaman modern.

Dilansir dari The Sun, para ahli dari Natural History Museum telah mendapati bahwa binatang seukuran gajah itu menyukai daging, bahkan mungkin memakan manusia. Pernyataan ini disampaikan oleh salah satu peneliti, Dr. Julia Tejada.

“Kami sekarang memiliki bukti kuat yang bertentangan dengan anggapan lama bahwa semua kungkang adalah herbivora. Apakah mereka pemakan daging oportunistik tidak dapat ditentukan, tetapi ini adalah bukti nyata pertama bahwa kungkang purba sebenarnya adalah omnivora,” ujar Dr. Julia Tejada kepada The Sun.

“Bukti ini menyebabkan perlunya evaluasi ulang pada seluruh struktur ekologi mamalia purba di Amerika Selatan, karena kungkang mewakili komponen utama ekosistem ini selama 34 juta tahun terakhir,” lanjutnya.

Baca Juga: Gerombolan Kungkang Purba Ini Tewas Karena Paparan Kotorannya Sendiri

Julia Tejada dari University of Montpellier di Prancis dan rekan–rekannya menganalisis sususan kimiawi dari dua asam amino. Melansir Science News, mereka mendapatkatnya dari dalam fosil rambut dua spesies kungkang tanah raksasa, kungkang tanah darwin (Mylodon darwinii) dari Amerika selatan dan kungkang tanah shasta (Nothrotheriops shastensis). Tim juga membandingkannya dengan sampel dari kungkang hidup, trenggiling, dan omnivora modern lainnya.

Dari perbandingan isotop nitrogen dalam dua asam amino, glutamin dan fenilalamin, yang ditemukan di rambut kungkang, para peneliti dapat mengeliminasi faktor ekosistem dan memperhatikan faktor pola makan. Diketahui, isotop nitrogen sendiri dapat sangat bervariasi di antara berbagai sumber makanan dan ekosistem.

Data mengungkapkan pola makan kungkang tanah shasta secara eksklusif dari tumbuh–tumbuhan. Sedangkan kungkang tanah darwin adalah omnivora. Penelitian tersebut telah dipublikasikan di Scientific Reports dengan judul Isotope data from amino acids indicate Darwin’s ground sloth was not an herbivore pada 7 Oktober 2021.

Potret kungkang modern atau sloth yang hidup pada masa ini.

Berdasarkan temuan ini, tentu membalikkan apa yang selama ini diketahui tentang hewan purba tersebut. Para ilmuwan berasumsi kungkang purba adalah herbivora karena keenam spesies kungkang modern dipastikan pemakan tumbuhan. Sebagian gigi dan rahang kungkang tanah raksasa juga tidak diadaptasi untuk berburu maupun mengunyah dan merobek dengan kuat.

Baca Juga: Triantha occidentalis, Nama Temuan Tanaman Karnivora Terbaru

Kendati demikian, Julia Tejada dan rekan–rekannya mengatakan bisa saja Mylodon darwinii atau kungkang tanah darwin ini menelan daging dari hewan yang sudah terbunuh. Hal ini mungkin membantu untuk memecahkan teka–teki tidak adanya mamalia karnivora besar di Amerika Selatan pada saat itu. Mungkin posisi tersebut ditempati oleh kungkang tanah darwin.

Lebih lanjut, adapun penyebab mengapa kungkang raksasa itu punah belum diketahui. Tipis kemungkinan hewan purba ini punah karena diburu manusia, sebab manusia pada zaman itu akan berjuang untuk membunuhnya. Diduga kungkang raksasa tidak bertahan karena perubahan iklim atau penyakit baru.

Ratusan spesies kungkang yang beberapa di antaranya sebesar gajah pernah menjelajahi lanskap kuno dari Alaska hingga Amerika Selatan. Kerangka lengkap Mylodon darwinii atau kungkang tanah darwin dipajang di Natural History Museum, London.

Sedangkan keenam spesies kungkang yang masih hidup saat ini adalah pemakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil jika dibandingkan pendahulunya.

Gel Duri Landak Berpotensi Sembuhkan Luka: Termasuk Luka akibat Tertusuk Duri?

- Jejak kaki kungkang dan manusia yang jadi fosil dari zaman purba ditemukan di New Mexiko, AS. Dari sini peneliti dapat petunjuk bagaimana manusia berburu hewan raksasa, yang akhirnya juga ikut akibatkan kepunahan mereka.

Dengan tinggi tubuh lebih dari dua meter, dan kaki depan yang dilengkapi cakar panjang, kungkang raksasa dari zaman purba adalah hewan yang sulit ditaklukkan dalam bentrokan dengan manusia zaman purba.

Namun para pakar sepakat, hewan-hewan itu begitu seringnya diburu sehingga akhirnya terdesak oleh manusia dan punah sekitar 11.000 tahun lalu. Kini peneliti mendapat petunjuk bagaimana cara manusia purba memburu hewan raksasa tersebut, dari sejumlah jejak kaki yang kini menjadi fosil. Tim ilmuwan AS dan Inggris itu mempublikasikan hasil penemuan mereka hari Rabu dalam jurnal Science Advances.

Mengincar mangsa dan berburu

Dalam artikel itu, para peneliti menunjukkan sejumlah jejak kungkang dan manusia, yang ditemukan di kawasan luas yang tertutup garam dan mineral di White Sands National Monument di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat. Jejak kaki yang "sangat jarang" ditemukan mengungkap bagaimana manusia menapak di atas jejak kaki kungkang raksasa, sebelum menghadapinya, dan mungkin melempar lembing ke arah kungkang dan berusaha mengenainya di bagian tubuh yang penting seperti leher atau jantung.

Baca juga: Jejak Kaki Menunjukkan Tyrannosaurus Suka Berkawan

Jejak kungkang menunjukkan bukti ia menghindar dan berusaha mempertahankan diri, demikian ditulis para pakar. Mereka menarik kesimpulan dari jejak yang ditemukan bahwa manusia memilih korbannya, dan mereka mengganggu, mengincar dan memburu hewan yang kini punah.

Matthew Bennett, salah satu penulis laporan dan profesor pada Universitas Bournemouth di Inggris menjelaskan bahwa sejumlah informasi bisa diperoleh dari jejak kaki yang kini jadi fosil.

Baca juga: Orang Inggris Purba Berkulit Gelap dengan Mata Biru dan Rambut Keriting

Ia membandingkan jejak-jejak kaki yang ditemukan dengan bagaimana orang membaca sebuah cerita. Ia menyimpulkan, manusia bekerjasama sebagai kelompok untuk membunuh hewan tersebut. "Ada yang berusaha menarik perhatiannya hewan dan ada manusia lain yang berusaha melempar lembing untuk membunuh hewan itu. Ini adalah kisah yang menarik, dan semuanya tersirat dalam jejak yang ditemukan," demikian dikatakannya dalam wawancara dengan kantor berita Reuters.

Para pakar meneliti lebih dari 100 jejak kungkang dan manusia. Di samping jejak yang menunjukkan bahwa manusia mengikuti kungkang, sejumlah jejak lainnya ditemukan di jarak lebih jauh, dan bisa jadi petunjuk bahwa sejumlah orang lainnya berada di kejauhan untuk menghalangi kungkang lari.

Sebuah bukti kunci bagi para peneliti adalah apa yang mereka sebut "failing circles". Ini menunjukkan bahwa kungka berdiri di kaki belakangnya dan berusaha menghalau para penyerang. Jika tidak ada jejak manusia, kungkang berjalan lurus, namun di mana jejak manusia ditemukan, jejak kungkang menunjukkan perubahan arah dan upaya menghindar.

Anatomi kungkang terutama berfungsi untuk menunjukkan kekuatan, bukan kecepatan bergerak. Demikian dikatakan ilmuwan Sally Reynolds, juga dari Universitas Bournemouth.

Baca juga: Ditemukan, Dinosaurus Awal Seukuran Kalkun

Fosil-fosil ditemukan sekitar 10 tahun lalu di New Mexico, dan berhasil dijaga keutuhannya berkat teknik pembuatan model 3D. Dari teknik ini diciptakan citra komputer yang sangat tepat. Namun asal kapan jejak-jejak kaki itu terbentuk sampai sekarang tidak jelas.

"Arsip geologi ini bisa berpotensi merevolusi pengertian kita tentang perubahan ekologi dan interaksi antara manusia dan hewan besar." Demikian ditulis peneliti dalam studi mereka.

Para peneliti percaya, penemuan mereka bisa membantu mengungkap hubungan manusia dengan hewan yang sekarang punah.

"Di masa perubahan iklim, pemangsaan (baik sukses maupun tidak) bisa juga jadi penyebab punahnya kungkang di bagian utara benua Amerika," demikian ditambahkan.

ml/vlz (Reuters, EFE)

Dengan tinggi tubuh lebih dari dua meter, dan kaki depan yang dilengkapi cakar panjang, kungkang raksasa dari zaman purba adalah hewan yang sulit ditaklukkan dalam bentrokan dengan manusia zaman purba.

Namun para pakar sepakat, hewan-hewan itu begitu seringnya diburu sehingga akhirnya terdesak oleh manusia dan punah sekitar 11.000 tahun lalu. Kini peneliti mendapat petunjuk bagaimana cara manusia purba memburu hewan raksasa tersebut, dari sejumlah jejak kaki yang kini menjadi fosil. Tim ilmuwan AS dan Inggris itu mempublikasikan hasil penemuan mereka hari Rabu dalam jurnal Science Advances.

Mengincar mangsa dan berburu

Dalam artikel itu, para peneliti menunjukkan sejumlah jejak kungkang dan manusia, yang ditemukan di kawasan luas yang tertutup garam dan mineral di White Sands National Monument di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat. Jejak kaki yang "sangat jarang" ditemukan mengungkap bagaimana manusia menapak di atas jejak kaki kungkang raksasa, sebelum menghadapinya, dan mungkin melempar lembing ke arah kungkang dan berusaha mengenainya di bagian tubuh yang penting seperti leher atau jantung.

Baca juga: Jejak Kaki Menunjukkan Tyrannosaurus Suka Berkawan

Jejak kungkang menunjukkan bukti ia menghindar dan berusaha mempertahankan diri, demikian ditulis para pakar. Mereka menarik kesimpulan dari jejak yang ditemukan bahwa manusia memilih korbannya, dan mereka mengganggu, mengincar dan memburu hewan yang kini punah.

Matthew Bennett, salah satu penulis laporan dan profesor pada Universitas Bournemouth di Inggris menjelaskan bahwa sejumlah informasi bisa diperoleh dari jejak kaki yang kini jadi fosil.

Baca juga: Orang Inggris Purba Berkulit Gelap dengan Mata Biru dan Rambut Keriting

Ia membandingkan jejak-jejak kaki yang ditemukan dengan bagaimana orang membaca sebuah cerita. Ia menyimpulkan, manusia bekerjasama sebagai kelompok untuk membunuh hewan tersebut. "Ada yang berusaha menarik perhatiannya hewan dan ada manusia lain yang berusaha melempar lembing untuk membunuh hewan itu. Ini adalah kisah yang menarik, dan semuanya tersirat dalam jejak yang ditemukan," demikian dikatakannya dalam wawancara dengan kantor berita Reuters.

Para pakar meneliti lebih dari 100 jejak kungkang dan manusia. Di samping jejak yang menunjukkan bahwa manusia mengikuti kungkang, sejumlah jejak lainnya ditemukan di jarak lebih jauh, dan bisa jadi petunjuk bahwa sejumlah orang lainnya berada di kejauhan untuk menghalangi kungkang lari.

Sebuah bukti kunci bagi para peneliti adalah apa yang mereka sebut "failing circles". Ini menunjukkan bahwa kungka berdiri di kaki belakangnya dan berusaha menghalau para penyerang. Jika tidak ada jejak manusia, kungkang berjalan lurus, namun di mana jejak manusia ditemukan, jejak kungkang menunjukkan perubahan arah dan upaya menghindar.

Anatomi kungkang terutama berfungsi untuk menunjukkan kekuatan, bukan kecepatan bergerak. Demikian dikatakan ilmuwan Sally Reynolds, juga dari Universitas Bournemouth.

Baca juga: Ditemukan, Dinosaurus Awal Seukuran Kalkun

Fosil-fosil ditemukan sekitar 10 tahun lalu di New Mexico, dan berhasil dijaga keutuhannya berkat teknik pembuatan model 3D. Dari teknik ini diciptakan citra komputer yang sangat tepat. Namun asal kapan jejak-jejak kaki itu terbentuk sampai sekarang tidak jelas.

"Arsip geologi ini bisa berpotensi merevolusi pengertian kita tentang perubahan ekologi dan interaksi antara manusia dan hewan besar." Demikian ditulis peneliti dalam studi mereka.

Para peneliti percaya, penemuan mereka bisa membantu mengungkap hubungan manusia dengan hewan yang sekarang punah.

"Di masa perubahan iklim, pemangsaan (baik sukses maupun tidak) bisa juga jadi penyebab punahnya kungkang di bagian utara benua Amerika," demikian ditambahkan.

ml/vlz (Reuters, EFE)

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.

Hutan Yucatán di Meksiko tidaklah dikenal sebagai tempat yang “kaya” akan penemuan fosil. Lingkungan yang lembab telah menghancurkan sebagian besar jejak tulang binatang yang tinggal di area tersebut selama ribuan tahun. Namun, ada satu tempat yang menyimpan “harta tersembunyi” yang tak terduga, yaitu di dalam gua.

Setela menyelam sejauh 100 kaki di sebuah gua batu kapur pada tahun 2009, penjelajah gua bawah air, Vicente Fito, menemukan sebuah fosil kungkang dengan kondisi yang masih sangat baik. Baru-baru ini, temuan tersebut dikonfirmasi sebagai ilmu pengetahuan yang belum pernah diketahui sebelumnya. Bersama National Institute of Anthropology and History in Mexico, Fito menyimpan dan memelihara tulang-belulang tersebut.

Spesies baru kungkang, yang disebut Xibalbaonyx oviceps, direpresentasikan oleh tengkorak yang nyaris sempurna dan banyak tulang lainnya. Kungkang tersebut diprediksi mati di gua saat permukaan laut lebih rendah dan ia pun mengering. Kerangka yang sudah kering itu terjaga dengan baik di dalam gua yang menaungi selama 10.000 tahun, karena tidak pernah terjamah oleh siapapun selama ribuan tahun.

Peneliti tidak begitu yakin seberapa besar Xibalbaonyx, meskipun diprediksi sekitar 500 pon. Kungkang telah mengalami serangkaian perubahan ukuran tubuh selama sejarah evolusioner mereka, mulai dari kungkang modern dua kaki dengan berat 10 pon hingga kungkang tanah raksasa asli Amerika Utara yang telah punah—yang bernama Megalonyx jeffersonii—dengan berat lebih dari 2.000 pon.

Fosil kungkang tertua yang pernah ditemukan yaitu fosil berusia sekitar 9 juta tahun dan ditemukan di Argentina. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa kungkang raksasa menyebar ke seluruh Karibia sebelum 11.000 tahun yang lalu. Meksiko diprediksi sebagai jalur utamanya menuju Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Varuna, Dewa Langit dan Lautan yang 'Ambigu' dalam Tradisi Hindu Kuno

Kungkang Raksasa pernah mendiami Amerika Utara. FOTO/ THE SUN

- Bayangkan Amerika Utara jauh sebelum manusia menginjakkan kaki di sana. Di sana, terdapat

dan eksotis yang kini telah punah.

Seperti dilansir dari The Sun, sungguh menakjubkan jika kita bisa menjelajahi waktu dan bertemu dengan mereka secara langsung.

Salah satu hewan yang paling menarik adalah Megalonyx, atau kungkang tanah raksasa. Hewan ini hidup dari 5 juta hingga 13.000 tahun yang lalu dan bisa tumbuh hingga panjang 9,8 kaki dan berat 2.200 pon! Bayangkan, kungkang raksasa ini bahkan lebih besar dari gajah Afrika modern! Megalonyx tersebar di sebagian besar Amerika Serikat dan bahkan Alaska selama periode hangat.

Hewan prasejarah menakjubkan lainnya adalah unta berkaki panjang, yang secara resmi dikenal sebagai Camelops. Hewan ini memiliki leher dan kaki yang panjang, mirip dengan jerapah modern, tetapi dengan punuk seperti unta. Camelops hidup dari 3 juta hingga 12.000 tahun yang lalu dan tersebar di seluruh Amerika Utara.

Terakhir, ada cheetah prasejarah, yang dikenal sebagai Miracinonyx. Cheetah ini lebih besar dan lebih berotot daripada cheetah modern, dan mampu berlari dengan kecepatan yang luar biasa. Miracinonyx hidup dari 12.000 hingga 10.000 tahun yang lalu dan tersebar di Amerika Utara bagian barat.

Punahnya hewan-hewan raksasa ini masih menjadi misteri, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi perubahan iklim, perburuan manusia, dan kompetisi dengan spesies lain. Meskipun mereka telah punah, hewan-hewan prasejarah ini terus memukau kita dengan ukuran dan keunikannya.

Megalonyx kemungkinan adalah herbivora dan memakan daun, buah-buahan, dan ranting.

Camelops kemungkinan adalah herbivora dan memakan daun, semak-semak, dan lumut.

Miracinonyx adalah karnivora dan berburu mangsa seperti pronghorn dan rusa.

Fosil Megalonyx, Camelops, dan Miracinonyx telah ditemukan di seluruh Amerika Utara.

Memahami hewan-hewan prasejarah ini membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang sejarah planet kita dan bagaimana ekosistem telah berubah dari waktu ke waktu. Mereka juga menjadi pengingat akan keanekaragaman hayati yang luar biasa yang pernah ada di Bumi.